Recent Posts

RUMUS DASAR PERSAMAAN AKUNTANSI

Persamaan AKTIVA = UTANG + MODAL

AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI

Akuntansi adalah bahasa bisnis. Informasi akuntansi ini terdiri atas data-data keuangan mengenai berbagai bisnisk yang dinyatakan dalam nilai uang.

BUKU BESAR

Buku besar (Ledger) adalah kumpulan akun-akun yang digunakan untuk meringkas transaksi yangtelah dicatat dalam jurnal

BUKU BESAR PEMBANTU

uku besar pembantu adalah buku besar yang digunakan untuk mencatat akun tertentu dan perubahan-perubahannya secara lebih rinci. akun buku besar berfungsi sebagai akun kontrol sedang akun yang ada dalam buku pembantu merupakan rincian dari akun buku besar tertentu

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

merupakan perushaan yang menyediakan layanan kepada konsumen

Senin, 04 Juli 2016

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG : Kegiatan Perusahaan Dagang






1. Akuntansi Pembelian Untuk Perusahaan Dagang

Pada sistem persediaan perpetual pencatatan pembelian barang dagang secara tunai adalah sebagai berikut :
(Dr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx
(Cr) Kas Rp xxx
Dan pembelian secara kredit dicatat sebagai berikut :
(Dr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx
(Cr) Utang Usaha Rp xxx
a. Sementara untuk sistem persediaan periodik pencatatan pembelian barang dagang secara tunai adalah sebagai berikut :
(Dr) Pembelian Rp xxx
(Cr) Kas Rp xxx
b. Sedangkan pembelian secara kredit dicatat sebagai berikut :
(Dr) Pembelian Rp xxx
(Cr) Utang Usaha Rp xxx
Dan pada saat dilakukannya stock opname pada akhir periode pada sistem periodik mencatat harga pokok penjualan adalah sebagai berikut :
(Dr) Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp xxx
(Dr) Pembelian Rp xxx

c. Diskon Pembelian

Untuk mencatat diskon pembelian pada sistem persediaan perpetual adalah sebagai berikut :
Pada saat mencatat utang,
(Dr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx
(Cr) Utang Usaha Rp xxx
Pada saat pembayaran utang dengan diskon pembelian,
(Dr) Utang Usaha Rp xxx
(Cr) Kas Rp xxx
(Cr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx – Diskon pembelian secara langsung mengurangi jumlah stok persediaan barang dagang.
Sedangkan untuk sistem persediaan periodik pencatatan diskon pembelian adalah sebagai berikut :
Pada saat mencatat utang,
(Dr) Pembelian Rp xxx
(Cr) Utang Usaha Rp xxx
Pada saat pembayaran utang dengan diskon pembelian,
(Dr) Utang Usaha Rp xxx
(Cr) Kas Rp xxx
(Cr) Diskon Pembelian Rp xxx

d. Retur dan Potongan Pembelian

Untuk mencatat retur dan potongan pembelian pada persediaan perpetual adalah sebagai berikut :
(Dr) Utang Usaha Rp xxx
(Cr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx – Retur dan potongan pembelian secara langsung mengurangi jumlah stok persediaan barang dagang.
Pada persediaan periodik untuk mencatat retur dan potongan pembelian jurnal akuntansinya adalah seperti di bawah ini :
(Dr) Utang Usaha Rp xxx
(Cr) Retur dan Potongan Pembelian Rp xxx

2. Akuntansi Penjualan Untuk Perusahaan Dagang

Biasanya pendapatan atas penjualan barang dagang dapat diidentifikasi pada buku besar sebagaiPenjualan. Atau bisa juga perusaahan menggunakan istilah yang lebih tepat seperti Penjualan Barang Dagang.

a. Penjualan Tunai

Pada sistem persediaan perpetual, penjualan atas barang dagang secara tunai dapat dilakukan pencatatan akuntansi sebagai berikut :
Mencatat penjualan,
(Dr) Kas Rp xxx
(Cr) Penjualan Rp xxx
Mencatat Harga pokok penjualan,
(Dr) Harga Pokok Penjualan Rp xxx
(Cr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx – Mengurangi persediaan sesuai dengan modal barang dagang yang dijual.
Pencatatan jurnal penjualan tunai untuk sistem persediaan periodik adalah sebagai berikut :
(Dr) Kas Rp xxx
(Cr) Penjualan Rp xxx
Dalam sistem persediaan periodik pencatatan jurnal akuntansi untuk Harga pokok penjualan dilakukan pada saat stok opname akhir periode.

b. Penjualan Kredit

Pada sistem persediaan perpetual, penjualan atas barang dagang secara kredit dapat dilakukan pencatatan akuntansi sebagai berikut :
Mencatat penjualan,
(Dr) Piutang Usaha Rp xxx
(Cr) Penjualan Rp xxx
Mencatat Harga pokok penjualan,
(Dr) Harga Pokok Penjualan Rp xxx
(Cr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx – Mengurangi persediaan sesuai dengan modal barang dagang yang dijual.
Pencatatan jurnal penjualan kredit untuk sistem persediaan periodik adalah sebagai berikut :
(Dr) Piutang Usaha Rp xxx
(Cr) Penjualan Rp xxx
Dalam sistem persediaan periodik pencatatan jurnal untuk Harga pokok penjualan dilakukan pada saat stok opname akhir periode.

c. Diskon Penjualan

Untuk pencatatan jurnal Diskon penjualan, sistem perpetual dan sistem periodik memiliki persamaan dalam hal pencatatannya, yaitu sebagai berikut :
(Dr) Diskon Penjualan Rp xxx
(Cr) Piutang Usaha Rp xxx

d. Retur dan Potongan Penjualan

Pada sistem persediaan perpetual untuk mencatat jurnal Retur dan potongan penjualan adalah sebagai berikut :
Mencatat Retur dan potongan penjualan,
(Dr) Retur dan Potongan Penjualan Rp xxx
(Cr) Piutang Usaha Rp xxx
Jurnal untuk mencatat pengembalian persediaan,
(Dr) Persediaan Barang Dagang Rp xxx
(Cr) Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Untuk sistem persediaan periodik tidak ada proses pencatatan Retur dan potongan penjualan dikarenakan pencatatan persediaan dilakukan pada saat perhitungan persediaan (stock opname) pada saat akhir periode.

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG: Siklus, Tahap dan Sistem Pencatatan Transaksi

A. Definisi Perusahaan Dagang

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, didirikan, bekerja, dan berkedudukan di tempat tertentu dengan tujuan memperoleh laba atau keuntungan.

Tujuan setiap per usahaan, yaitu untuk memaksimalkan keuntungan yang dihasil kan. Keuntungan atau laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima perusahaan atas penjualan barang atau jasa kepada pelanggan dari jumlah yang harus dike lu ar kan untuk meng hasilkan dan menjual barang atau jasa tersebut. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualnya kembali kepada pe langgan tanpa diproses terlebih dahulu atau tanpa diubah bentuknya. Bentuk perusahaan dagang, antara lain supermarket, penyalur atau distributor, retailer, dan pengecer.

Berdasarkan definisi perusahaan dagang, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perusahaan dagang, yaitu sebagai berikut.
a. Perusahaan dagang membeli barang dagangan untuk dijual kembali kepada pelanggan.
b. Barang dagangan yang dibeli tidak diproses terlebih dahulu sebelum dijual kepada pelanggan.
c. Dalam menghasilkan pendapatan, dilakukan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan.
d. Penjualan merupakan pendapatan untuk perusahaan dagang.
e. Biaya untuk memperoleh barang dagangan dilaporkan sebagai harga pokok penjualan.
f. Barang dagangan yang belum terjual disebut persediaan barang dagangan yang dilaporkan sebagai aktiva lancar dalam neraca.

B. SIKLUSPERUSAHAAN DAGANG



siklus akuntansi perusahaan dagang


Transaksi Perusahaan Dagang

Secara garis besar, transaksi perusahaan dagang yang sering terjadi dibagi menjadi empat, yaitu pembelian, pengeluaran kas, penjualan, dan penerimaan kas.

a. Pembelian
Transaksi pembelian hanya meliputi pembelian barang dagang an, yaitu barang yang akan dijual kembali kepada pelanggan. Transaksi pembelian ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Beban Angkut Pembelian
2) Potongan Tunai Pembelian
3) Retur Pembelian dan Pengurangan Harga

b. Pengeluaran Kas

c. Penjualan
Transaksi penjualan hanya meliputi penjualan barang dagangan. Transaksi penjualan ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
1) Potongan Tunai Penjualan
2) Retur Penjualan dan Pengurangan Harga

d. Penerimaan Kas
penerimaan kas

Jurnal Khusus (Special Journal)

Transaksi perusahaan dagang secara garis besar terdiri atas transaksi pembelian, penjualan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Transaksi-transaksi tersebut terjadi secara rutin atau berulangulang selama satu periode akuntansi. Oleh karena itu, pencatatan transaksi perusahaan dagang dilakukan dalam jurnal khusus. Namun, untuk transaksi yang jarang terjadi tetap dicatat dalam jurnal umum. Misalnya, transaksi pengembalian barang (retur) dan potongan.

a. Jurnal Pembelian (Purchase Journal)
b. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)
c. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
d. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)

Sistem Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang

Pencatatan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan dapat dicatat dengan dua metode, yaitu sistem perpetual dan sistem periodik.

a. Sistem Perpetual (Perpetual System)
Pada sistem perpetual, pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat pada akun persediaan barang dagangan (merchandise inventory) sehingga pergerakan barang dagangan selalu dicatat, baik yang tersedia untuk dijual maupun yang telah dijual.

b. Sistem Periodik (Periodic System)
Berbeda dengan sistem perpetual, pada sistem periodik pergerakan barang dagangan sepanjang periode akuntansi tidak dicatat. Pada akhir periode, perusahaan harus menghitung per sediaan yang masih tersisa secara fisik untuk menentukan jumlah barang dagangan yang terjual dan tersisa. Berikut di sajikan bentuk ayat jurnal untuk kedua sistem pen catatan tersebut.

Pencatatan transaksi perpectual

Pencatatan Transaksi ke Dalam Jurnal dan Pemindahbukuan Jurnal ke Buku Besar

Seluruh transaksi perusahaan dagang dicatat dalam jurnal khusus dan jurnal umum, baik dengan menggunakan sistem perpetual maupun sistem periodik. Selanjutnya, jurnal tersebut dipindah bukukan ke dalam buku besar. Buku besar (ledger) adalah sekelompok akun/perkiraan yang digunakan oleh perusahaan. Buku besar berisi akun-akun yang ada dalam perusahaan beserta nilainya. Pemindahbukuan (posting), yaitu proses memindahkan jumlah yang terdapat dalam jurnal ke buku besar sesuai dengan akunnya masing-masing.

Jumat, 01 Juli 2016

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA: Tahap Pelaporan

Tahap pembuatan laporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

A. NERACA (Balance Sheet)

1. Pengertian Neraca

Laporan Posisi Keuangan (balance sheet atau statement of financial position) atau yang biasa dikenal sebagai neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan atau entitas bisnis yang dihasilkan dalam suatu periode akuntansi dimana menunjukkan posisi atas keuangan perusahaan atau entitas bisnis tersebut pada akhir periode akuntansi tersebut yang bisa menjadi dasar dalam menghasilkan keputusan bisnis.

2. Struktur Neraca

Posisi Neraca Keuangan terdiri atas Dua (2) pos yaitu Aktiva (Aset) dan Pasiva. Dua pos tersebut terdiri atas 3 unsur yang terdiri atas aset (aktiva), dan pada pos Pasiva terdiri atas kewajiban atau hutang (liabilitas), dan ekuitas atau modal (equity). ketiganya dihubungan dengan prinsip persamaan dasar akuntansi berikut: 

Aktiva = Kewajiban (Utang) + Modal

Informasi yang bisa disajikan didalam neraca diantaranya posisi atas sumber kekayaan perusahaan atau entitas dan sumber dari pembiayaan untuk mendapatkan/memperoleh kekayaan perusahaan tersebut didalam suatu periode akuntansi. baik itu 3 bulan, 4 bulan atau tahunan.

Pernyataan Standar Akutansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa dalam neraca harus disebutkan
  • Entitas bisnis menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan hutang (kewajiban) jangka pendek terpisah dari hutang (kewajiban) jangka panjang terkecuali pada indistri atau jenis usaha tertentu yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan khusus. Aktiva lancar disajikan dengan menurut pada urutan likuiditas (kelancaran) dan sedangkan utang atau kewajiban disajikan berdasarkan urutan jatuh tempo
  • Entitas binsis wajib mengungkapkan informasi nominal jumlah tiap aktiva yang akan diterima serta utang (kewajiban) yang dibayar sebelum dan sesudah 1 tahun (12 bulan) dari tanggal neraca.
  • Jika perusahaan (entitas bisnis) meyediakan barang dan jasa didalam siklus operasional perusahaan yang bisa diidentifikasikan dengan jelas, maka klasifikasi aktiva lancar dan tidak lancar serta utang jangka pendek dan utang jangka panjang dalam sebuah neraca memberi informasi yang bermanfaat dgn membedakan aktiva bersih sebagai modal kerja dengan aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan jangka panjang

3. Bentuk Neraca

Bentuk Neraca dalam laporan keuangan perusahaan umumnya lebih sering menggunakan bentuk yang memanjang kebawah, walau tak jarang pula yang menggunakan bentuk neraca keuangan kesamping, kesemuanya boleh boleh saja diterapkan dalam neraca. Dalam penerapan bentuk suatu neraca keuangan hendaknya disesuaikan bentuknya dengan jumlah pos akun yang digunakan oleh prusahaan. bentuk neraca yang memancang ke bawah lebih efektif untuk digunakan apabila akun dalam perusahaan tersebut banyak.

Bentuk Neraca keuangan yang memanjang ke bawah ini biasa disebut dengan istilah bentuk Stafel. Perusahaan besar yang memiliki pos atau akun yang banyak seringkali menggunakan bentuk ini. dan bentuk neraca yang menyamping disebut juga dengan Bentuk Skontro. bentuk neraca model ini akan dengan mudah untuk diterapkan apabila akun dan juga nilai yang ada pada perusahaan jumlahnya sedikit.


4. Contoh Neraca


salah satu contoh Neraca yang sederhana:

a. Neraca Model Skontro

NERACA PT ALI
Per 31 Desember 2015
AktivaKewajiban dan Ekuitas
KasRp xxxkewajiban
PiutangRp xxxUtang Jangka PendekRp xxx
PersediaanRp xxxUtang Jangka PanjangRp xxx
Total Aset LancarRp xxxTotal KewajibanRp xxx
Aktiva TetapEkuitas
Tanah Rp xxxModalRp xxx
BangunanRp xxxLaba DitahanRp xxx
Total Aset TetapRp xxxTotal EquitasRp xxx
TOTAL AKTIVARp xxxTOTAL PASIVARp xxx


b. Neraca Model Stafel

NERACA PT ALI
Per 31 Desember 2015
Harta
KasRp xxx
PiutangRp xxx
PersediaanRp xxx
Total Aset LancarRp xxx
Aktiva Tetap
Tanah Rp xxx
BangunanRp xxx
Total Aset TetapRp xxx
Total HartaRp xxx
Kewajiban dan Ekuitas
kewajiban
Utang Jangka PendekRp xxx
Utang Jangka PanjangRp xxx
Total KewajibanRp xxx
Ekuitas
ModalRp xxx
Laba DitahanRp xxx
Total EkuitasRp xxx
Total Kewajiban dan EkuitasRp xxx

B. LAPORAN LABA-RUGI

1. Laporan Laba Rugi merupakan bagian dari suatu laporan keuangan perusahaan yang dihasilkan dalam suatu periode buku atau periode akutansi yang menyajikan seluruh unsur pendapatan serta beban perusahaan yang pada akhirnya akan menghasilkan kondisi laba bersih atau rugi bersih.
Laporan laba rugi (profit and lost statement) yang disusun oleh perusahaan memiliki struktur yang terdiri atas pendapatan pada periode berjalan dan seluruh beban perusahaan, baik itu beban usaha ataupun beban diluar usaha perusahaan pada periode berjalan.
Umumnya, laporan laba rugi memiliki unsur seperti dibawah ini:
Pendapatan atas penjualan
        Dikurangi oleh Beban Pokok Penjualan
Laba - Rugi Kotor
        Dikurangi oleh Beban Usaha
Laba - Rugi Usaha
       Dikurangi atau Ditambah Penghasilan / beban lain
Laba - Rugi Sebelum Pajak
       Dikurangi oleh Beban Pajak
Laba - Rugi Bersih (Net Profit or Loss)

2. Langkah - Langkah Penyusunan Laporan Laba Rugi Perusahaan

Laporan laba/rugi didalam rangkaian suatu siklus akuntansi disusun setelah tersusunnya neraca saldo dan adjustment entry (jurnal penyusuaian) atau setelah neraca lajur disusun.Didalam penyusunan laporan laba/rugi perusahaan kita membutuhkan mengutip seluruh saldo rekening pendapatan dan beban didalam kolom laba/rugi yang ada pada neraca saldo.

3. Format Laporan Laba Rugi

Format Laporan Laba Rugi umumnya :Pada bagian header laporan laba rugi ditulis identitas perusahaan, jenis laporan keuangan yang disajikan (laporan laba rugi) dan periode tahun laporanKemudian tepat dibawahnya termuat komponen komponen utama laporan laba rugi, yakni
  1. Total Pendapatan
  2. Total Beban
  3. Laba atau Rugi 
Ketiga komponen ini adalah intisari dari laporan laba rugi perusahaan.Komponen total pendapatan dan total beban diperoleh dari neraca saldo (kertas kerja) pada kolom laba/rugi.Sedangkan komponen laba atau rugi adalah selisih dari total pendapatan dan total bebanApabila pendapatan lebih besar dari beban, maka diakui sebagai laba. Dan sebaliknya apabila pendapatan ternyata lebih kecil daripada total beban maka diakui sebagai rugi.

4. Contoh Laporan Laba Rugi

Berikut ini contoh sederhana dari laporan laba rugi perusahaan :

contoh laporan laba rugi

Adapun penyusunan Laporan Laba Rugi Perusahaan memiliki tujuan seperti berikut:
  • Untuk mengetahui besar kecilnya pajak yang akan ditanggung
  • Untuk mengevaluasi serta menge-check histori dari perolehan laba dari waktu ke waktu
  • Mengecek efektivitas dan efisiensi usaha berdasar pada nilai biaya usaha

C. LAPORAN PERUBAHAN MODAL (Income Statement)

1. Pengertian

Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan pada suatu periode akuntansi tertentu.

2. Bentuk-Bentuk Laporan Perubahan Modal
a. Laporan perubahan modal perusahaan perseorangan
Pemilik perusahaan perseorangan adalah individu tertentu, tambahan modal dapat diperoleh dari :
      1) laba bersih yang diperoleh
      2) tambahan modal pemilik
Pengambilan pribadi (prive) merupakan pengurang modal

b. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Persekutuan
Pemilik perusahaan persekutuan adalah dua orang atau lebih. Pada dasarnya bentuk laporan perubahan modal perusahaan persekutuan tidak berbeda dengan laporan perubahan modal perusahaan perseorangan.

Contoh 

CV Ayola ini didirikan pada tanggal 3 Maret 2005, oleh Angga dan Yola dengan modal awal masing-masing Rp 20.000.000 dan Rp 20.000.000, sesuai dengan kesepakatan bahwa pembagian rugi laba sesuai dengan perbandingan modal awal mereka. Pada tahun operasi 2005 :
  1) Memperoleh laba Rp 3.000.000
  2) Mendapatkan setoran tambahan modal dari :
      - Angga Rp 4.000.000
      - Yola Rp 6.000.000
 3) Pengambilan Prive
     - Angga Rp 1.000.000
     - Yola Rp 500.000

Dari data tersebut, maka laporan perubahan modalnya sebagai berikut.

Pengertian Bentuk Laporan Perubahan Modal
contoh Bentuk Laporan Perubahan Modal
c. Laporan Perubahan Modal Perusahaan Perseroan
  Pemilikan dalam perusahaan perseroan ditandai dengan pemilikan saham. Laba perusahaan perseroan dapat dialokasikan menjadi :
        1) Deviden yaitu laba yang dibagikan kepada para pemegang saham
        2) Laba ditahan yaitu laba yang tidak dibagi
Berikut contoh laporan perubahan modal perusahaan perseroan :
laporan perubahan modal

D. LAPORAN ARUS KAS(Statement of Cash Flows)

Laporan arus kas adalah laporan keuangan perusahaan jasa yang menunjukkan arus masuk dan arus keluar tentang kas dan setara dengan kas. Kas merupakan uang tunai atau saldo kas dan rekening giro, sedangkan setara kas merupakan investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek yang dengan cepat dapat dijadikan kas. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dapat diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan, dengan disesuaikan bisnis perusahaan tersebut. klasifikasi menurut aktivitas bertujuan memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara dengan kas.
a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari pendapatan perusahaan. Oleh karena itu arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang memengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
Arus kas dari aktivitas operasi meliputi:
  • penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa,
  • penerimaan kas dari royalty, fee, komisi, dan pendapatan lain,
  • pembayaran kas kepada pemasok barang atau jasa,
  • pembayaran kepada karyawan,
  • penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya,
  • pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi,
  • penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Arus kas dari aktivitas investasi meliputi:
  • pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri,
  • penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, peralatan, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain,
  • perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain,
  • uang muka dari pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan),
  • pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klain terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
Arus kas dari aktivitas pendanaan meliputi:
  • penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya,
  • pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan,
  • penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya,
  • pelunasan pinjaman,
  • pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).